📚 เว็บนวนิยาย

บทที่ 1: กล่องดนตรีในห้องใต้หลังคาที่เต็มไปด้วยฝุ่น

ปกเรื่อง

ผู้เขียน: lynn.

Sebagai penulis berpengalaman, dengan senang hati saya akan membuatkan novel sesuai dengan permintaan Anda.

Sinopsis Pendek

Seorang bocah laki-laki bernama Arya tanpa sengaja menemukan sebuah kotak musik tua di loteng rumahnya. Alunan melodi dari kotak musik itu membawanya menembus cermin kamarnya, mengungkap dunia lain yang menyimpan rahasia kelam pembunuhan yang terjadi 20 tahun silam. Terjebak di antara dua dunia, Arya harus memecahkan misteri tersebut sebelum kegelapan di balik cermin menelannya sepenuhnya.

Versi Bahasa Indonesia

Di Balik Cermin Kamar Tidur

Chapter 1: Kotak Musik di Loteng Berdebu

Sore itu bener-bener bikin Arya mati gaya. Ujian kenaikan kelas udah kelar dari seminggu yang lalu, dan sekarang dia cuma bisa selonjoran di kasur sambil mainin ponsel bututnya. Wi-fi di rumah lagi ngadat parah, bikin semua game online kesayangannya lemot kayak siput lagi nanjak. Arya mendengus kesel. "Bosen banget, sumpah deh," gumamnya sambil ngelempar ponsel ke samping.

Pandangannya kemudian tertuju ke pintu loteng kecil di langit-langit kamarnya. Biasanya, dia ogah banget naik ke sana. Selain gelap dan berdebu, loteng itu isinya cuma barang-barang rongsokan punya kakeknya yang udah nggak kepakai. Tapi entah kenapa, sore ini ada dorongan aneh yang nyuruh dia buat ngintip ke sana. Mungkin aja ada sesuatu yang bisa bikin dia nggak terlalu bosen.

Dengan susah payah, Arya narik kursi belajarnya dan manjat buat ngebuka pintu loteng. Bau debu langsung nyerbu hidungnya begitu pintu terbuka. Cahaya matahari sore yang masuk dari celah genting cuma bisa nerangin sebagian kecil loteng yang penuh dengan tumpukan kardus, mebel lapuk, dan kain-kain usang. Arya sedikit bergidik, tapi rasa penasarannya lebih gede daripada rasa takutnya.

Perlahan, dia mulai menjelajahi setiap sudut loteng. Debu beterbangan setiap kali kakinya napak di lantai kayu yang udah keropos. Dia nemuin banyak barang aneh, mulai dari radio jadul yang udah nggak bunyi, foto-foto hitam putih yang udah pudar, sampai guci keramik yang retak di sana-sini. Semuanya kelihatan tua dan nggak berharga. Arya hampir aja nyerah dan balik ke kamar, tapi tiba-tiba matanya nangkep sesuatu di balik tumpukan buku-buku lama.

Itu adalah sebuah kotak kayu kecil yang kelihatan antik banget. Kayunya berwarna cokelat tua dengan ukiran-ukiran halus di permukaannya. Di bagian atasnya, ada gambar not musik yang kayaknya udah agak pudar. Arya meraih kotak itu dan membersihkan debunya dengan kaosnya. Kotak itu terasa agak berat di tangannya. Penasaran, Arya mencoba membukanya. Ada kunci kecil di bagian depannya, tapi kuncinya udah hilang entah ke mana. Dengan sedikit paksaan, Arya berhasil membuka paksa pengaitnya.

Begitu terbuka, alunan musik lembut langsung memenuhi udara. Musiknya terdengar agak kuno, tapi entah kenapa bikin Arya merasa tenang dan merinding secara bersamaan. Di dalam kotak itu, ada seorang penari balet kecil yang berputar perlahan mengikuti irama musik. Penari itu terbuat dari porselen dan bajunya udah agak kotor. Arya terus mendengarkan musik itu sampai selesai. Setelah musiknya berhenti, dia menutup kembali kotak itu. Ada perasaan aneh yang menyelimutinya. Kayaknya kotak musik ini bukan cuma barang rongsokan biasa. Ada sesuatu di dalamnya, sesuatu yang misterius. Arya memutuskan buat bawa kotak musik itu ke kamarnya. Mungkin dengan melihatnya lebih dekat, dia bisa tahu lebih banyak tentang benda itu.

Chapter 2: Bayangan di Balik Cermin

Sesampainya di kamar, Arya langsung naruh kotak musik itu di meja belajarnya. Dia ngamatin lagi setiap detail ukirannya. Nggak ada tulisan atau petunjuk apapun yang bisa ngasih tahu dari mana kotak musik itu berasal atau siapa pemiliknya dulu. Arya penasaran banget. Dia coba putar lagi kunci pemutarnya yang ada di samping kotak. Musik yang sama kembali mengalun, kali ini terdengar lebih jelas di kamarnya yang sunyi.

Sambil mendengarkan musik, mata Arya nggak sengaja ngelirik ke cermin besar yang nempel di pintu lemarinya. Cermin itu udah ada di kamarnya sejak dia kecil. Biasanya, dia nggak pernah merhatiin cermin itu secara khusus. Tapi kali ini, ada sesuatu yang beda. Saat alunan musik mencapai bagian tengahnya, Arya ngelihat ada bayangan aneh di dalam cermin. Bayangan itu bukan pantulan dirinya. Bentuknya samar-samar, kayak siluet seorang perempuan yang lagi berdiri membelakanginya.

Arya langsung ngerutin kening. "Perasaan gue aja kali," gumamnya. Dia coba gerakin badannya ke kiri dan ke kanan, tapi bayangan itu tetap di tempatnya. Bahkan, bayangan itu kayaknya bergerak sendiri, perlahan-lahan mengangkat tangannya seolah-olah mau meraih sesuatu. Arya mulai merinding. Ini udah nggak beres.

Dia langsung berhenti mutar kunci kotak musik itu. Musiknya langsung mati, dan bayangan di cermin juga langsung menghilang. Arya menatap cermin itu lekat-lekat, tapi yang dia lihat cuma pantulan dirinya sendiri. Dia coba putar lagi kunci kotak musiknya. Begitu musiknya mulai main, bayangan perempuan itu muncul lagi di dalam cermin. Kali ini, bayangannya kelihatan lebih jelas. Dia bisa ngelihat rambut panjangnya yang terurai dan gaun panjang yang dipakainya.

Arya reflek mundur beberapa langkah. Jantungnya mulai berdebar kencang. Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ada bayangan aneh muncul di cermin setiap kali kotak musik itu dimainkan? Rasa takutnya bercampur dengan rasa penasaran yang semakin besar. Dia harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Dengan hati-hati, Arya deketin lagi cermin itu. Dia coba sentuh permukaan cerminnya. Dingin dan keras, sama kayak cermin biasa. Tapi dia yakin, ada sesuatu yang aneh di balik cermin ini. Sambil terus memutar musik dari kotak itu, Arya mencoba mencari celah atau retakan di cerminnya. Siapa tahu aja ada semacam pintu atau ilusi di baliknya. Dia meraba seluruh permukaan cermin, tapi nggak nemuin apapun.

Tiba-tiba, saat musik mencapai nada yang agak tinggi, bayangan perempuan di cermin itu kayak bergerak lebih cepat. Dia menoleh perlahan, dan Arya bisa ngelihat sekilas wajahnya. Wajah yang pucat dengan mata yang kosong dan tatapan yang sedih. Arya tersentak kaget. Sebelum dia bisa melihat lebih jelas, bayangan itu kembali membelakanginya.

Arya langsung menghentikan musiknya lagi. Dia bener-bener ketakutan sekarang. Tapi rasa penasarannya masih belum hilang. Dia pengen tahu siapa perempuan itu dan kenapa dia muncul di cermin kamarnya. Dia yakin, kotak musik tua itu pasti punya hubungan dengan semua ini. Mungkin aja, kotak musik itu adalah kunci buat mengungkap misteri di balik cerminnya. Arya memutuskan buat mencari tahu lebih banyak tentang kotak musik itu. Mungkin kakeknya tahu sesuatu tentang benda itu.

Chapter 3: Bisikan dari Masa Lalu

Keesokan harinya, Arya nyariin kakeknya di ruang keluarga. Kakeknya lagi duduk di kursi goyang sambil baca koran ditemani secangkir kopi. Arya nyamperin kakeknya dan duduk di sofa depannya.

"Kek, Arya mau tanya sesuatu," kata Arya memulai percakapan.

Kakeknya nurunin korannya dan natap Arya dengan tatapan lembut. "Ada apa, Nak? Tumben kamu kelihatan serius gitu."

Arya ngeluarin kotak musik tua dari dalam tasnya dan nunjukkin ke kakeknya. "Kek, kakek tahu nggak kotak musik ini punya siapa?"

Kakeknya ngambil kotak musik itu dan ngamatinya dengan seksama. Matanya kelihatan sedikit berkaca-kaca saat ngelihat ukiran-ukiran di kotak itu. Arya bisa ngerasain ada perubahan raut wajah kakeknya.

"Dari mana kamu nemuin kotak musik ini, Arya?" tanya kakeknya dengan suara pelan.

"Arya nemuin di loteng, Kek. Di balik tumpukan buku-buku lama," jawab Arya.

Kakeknya menghela napas panjang sebelum menjawab. "Kotak musik ini... dulunya punya tantemu, Risa."

Arya terkejut. Dia nggak pernah dengar cerita tentang tantenya yang namanya Risa. Setahu dia, kakeknya cuma punya satu anak, yaitu ayahnya.

"Tante Risa? Kok Arya nggak pernah dengar tentang dia, Kek?" tanya Arya penasaran.

Kakeknya kembali menghela napas. "Ini cerita lama, Arya. Cerita yang nggak pernah kakek ceritain ke siapapun. Risa... dia udah nggak ada sejak kamu masih kecil."

"Meninggal kenapa, Kek?" tanya Arya lagi, makin penasaran.

Kakeknya terdiam sejenak, kayak lagi nyari kata-kata yang tepat. "Risa... dia dibunuh. Udah sekitar 20 tahun yang lalu kejadiannya."

Arya langsung kaget. Dibunuh? Tantenya dibunuh? Kenapa dia nggak pernah tahu tentang ini?

"Dibunuh siapa, Kek? Apa pelakunya udah ketangkap?" tanya Arya bertubi-tubi.

Kakeknya menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Itulah masalahnya, Arya. Sampai sekarang, pelakunya belum pernah ketangkap. Kasus pembunuhan Risa masih jadi misteri."

Arya terdiam. Dia nggak nyangka kotak musik yang dia temuin di loteng ternyata punya kaitan dengan kejadian tragis di masa lalu keluarganya. Tiba-tiba, dia jadi inget bayangan perempuan di cermin kamarnya. Apa mungkin bayangan itu adalah arwah tantenya, Risa?

"Kek," kata Arya hati-hati, "sejak Arya nemuin kotak musik ini, Arya sering ngelihat bayangan aneh di cermin kamar Arya. Bayangan seorang perempuan. Apa mungkin itu... arwah Tante Risa?"

Kakeknya natap Arya dengan tatapan kaget. "Kamu ngelihat bayangan di cermin? Setiap kali kamu mainin kotak musik itu?"

Arya mengangguk membenarkan. Kakeknya kelihatan sangat terkejut dan sedikit pucat.

"Arya, kamu harus hati-hati dengan kotak musik itu," kata kakeknya dengan nada khawatir. "Mungkin aja ada sesuatu yang nggak baik yang terikat dengan benda itu."

"Tapi, Kek," sanggah Arya, "mungkin aja arwah Tante Risa muncul buat ngasih tahu kita sesuatu. Mungkin dia mau kita bantu buat nyari tahu siapa pembunuhnya."

Kakeknya terdiam lagi. Dia kelihatan lagi mikir keras. Setelah beberapa saat, dia natap Arya dengan tatapan yang lebih serius.

"Kalau memang itu arwah Risa, mungkin dia punya alasan kenapa dia muncul ke kamu. Tapi kita harus hati-hati. Jangan sampai kita malah terjebak dalam bahaya."

Kakeknya kemudian cerita sedikit tentang Tante Risa. Katanya, Risa adalah seorang gadis yang ceria dan berbakat dalam bermain musik. Dia sangat menyukai kotak musik itu dan sering memainkannya di kamarnya. Kamar Risa dulu adalah kamar Arya yang sekarang. Cermin besar di pintu lemari itu juga udah ada sejak dulu.

"Dulu, Risa sering banget ngaca di cermin itu sambil dengerin musik dari kotak musiknya," cerita kakeknya dengan nada sedih. "Dia selalu bilang, dia ngerasa kayak ada dunia lain di balik cermin itu."

Arya merinding mendengar cerita kakeknya. Apa yang dibilang tantenya dulu jadi kenyataan sekarang? Apakah benar ada dunia lain di balik cermin kamarnya? Dan apakah kotak musik itu adalah kuncinya? Arya jadi semakin yakin kalau dia harus mencari tahu kebenaran di balik misteri ini. Demi tantenya, dan demi kedamaian keluarganya.

Chapter 4: Menembus Dunia Cermin

Malam itu, Arya nggak bisa tidur nyenyak. Pikirannya terus dipenuhi dengan cerita kakeknya tentang Tante Risa dan bayangan aneh di cermin. Dia jadi makin penasaran tentang dunia di balik cermin itu. Apakah benar ada dunia lain di sana? Dan kalau ada, apa hubungannya dengan pembunuhan tantenya 20 tahun yang lalu?

Dengan hati-hati, Arya ngeluarin kotak musik tua itu dari bawah bantalnya. Dia putar kuncinya perlahan. Alunan musik lembut kembali memenuhi kamarnya. Arya langsung natap cermin besar di depan tempat tidurnya. Seperti yang udah-udah, bayangan perempuan itu muncul lagi di dalam cermin. Tapi kali ini, ada yang beda. Bayangan itu nggak cuma berdiri diam. Dia kayaknya lagi ngasih kode, gerakin tangannya perlahan seolah-olah lagi nunjukkin sesuatu.

Arya coba ikutin arah gerakan tangan bayangan itu di dunia nyata. Bayangan itu kayaknya lagi nunjuk ke arah cermin. Tiba-tiba, saat musik mencapai nada yang paling tinggi, permukaan cermin itu kayak bergetar. Cahaya aneh muncul dari dalamnya, bikin kamar Arya jadi remang-remang. Arya reflek nutup matanya karena silau.

Ketika dia buka mata lagi, dia ngerasa ada sesuatu yang berubah. Kamarnya masih sama, tapi ada semacam kabut tipis yang ngebuat semuanya kelihatan agak buram. Dan yang paling aneh, bayangan perempuan di cermin itu udah nggak ada. Yang ada cuma pantulan dirinya sendiri. Arya ngerutin kening. Apa yang sebenarnya terjadi?

Dia coba deketin cermin itu lagi. Tangannya terulur buat nyentuh permukaannya. Tapi kali ini, tangannya nggak ngerasain dingin dan kerasnya kaca. Tangannya malah kayak nembus sesuatu yang lembut dan kenyal. Arya terkejut dan langsung narik tangannya kembali. Dia natap cermin itu dengan tatapan nggak percaya. Apa dia baru aja nembus cermin kamarnya sendiri?

Dengan jantung berdebar kencang, Arya memberanikan diri buat nyoba lagi. Dia majuin badannya perlahan-lahan ke arah cermin. Awalnya terasa aneh dan sedikit menakutkan, tapi kemudian seluruh tubuhnya kayak tersedot masuk ke dalam cermin.

Arya terhuyung-huyung dan hampir aja jatuh begitu dia berhasil sepenuhnya masuk ke dalam cermin. Dia celingukan ngeliat sekelilingnya. Dia nggak lagi di kamarnya. Dia berada di tempat yang kelihatan familiar tapi juga asing. Ini adalah kamar yang sama persis dengan kamarnya, tapi ada beberapa perbedaan yang mencolok. Warnanya lebih pudar, perabotannya kelihatan lebih tua dan berdebu, dan ada aura kesedihan yang kuat di ruangan itu.

Di sudut ruangan, dia ngelihat bayangan perempuan yang tadi dia lihat di cermin lagi duduk di depan meja rias. Dia kelihatan lagi nangis terisak-isak. Arya memberanikan diri buat nyamperin bayangan itu.

"Tante... Tante Risa?" panggil Arya hati-hati.

Bayangan perempuan itu langsung ngangkat kepalanya. Matanya yang sembab natap Arya dengan tatapan terkejut. Arya bisa ngelihat dengan jelas wajahnya sekarang. Wajah yang cantik tapi penuh dengan kesedihan.

"Kamu... kamu siapa?" tanya Risa dengan suara lirih yang terdengar menyayat hati.

"Aku Arya, Tante. Cucu dari kakek," jawab Arya.

Risa kelihatan bingung. "Cucu? Tapi... ini kamarku. Bagaimana bisa kamu ada di sini?"

Arya kemudian cerita ke Risa tentang kotak musik yang dia temuin di loteng dan bayangan yang sering dia lihat di cermin. Dia juga cerita tentang kematian Risa 20 tahun yang lalu yang masih jadi misteri. Risa mendengarkan cerita Arya dengan seksama, air mata terus mengalir di pipinya.

"Jadi... aku sudah meninggal selama itu?" tanya Risa dengan nada nggak percaya setelah Arya selesai bercerita.

Arya mengangguk sedih. Risa kembali terisak.

"Aku nggak inget apa-apa," kata Risa di sela-sela tangisnya. "Yang aku inget cuma... aku lagi di kamar ini, terus tiba-tiba semuanya jadi gelap."

Arya merasa kasihan banget ngelihat tantenya yang kelihatan begitu menderita. Dia berjanji dalam hati, dia akan bantu tantenya buat mengungkap kebenaran tentang kematiannya.

"Tante jangan khawatir," kata Arya mencoba menenangkan Risa. "Arya akan bantu cari tahu siapa yang udah ngelakuin ini sama Tante."

Risa natap Arya dengan tatapan penuh harapan. "Kamu... kamu beneran mau bantu Tante, Nak?"

Arya mengangguk dengan mantap. "Iya, Tante. Arya janji."

"Terima kasih, Arya," kata Risa dengan suara pelan. "Aku... aku ngerasa ada sesuatu yang belum selesai. Sesuatu yang ngebuat aku nggak bisa tenang."

Arya kemudian nanyain Risa tentang kejadian terakhir yang dia inget sebelum semuanya menjadi gelap. Risa coba mengingat-ingat, tapi dia kesulitan. Ingatannya terasa kabur dan terpotong-potong.

"Aku inget... ada seseorang datang ke kamar," kata Risa akhirnya dengan nada ragu. "Aku nggak terlalu jelas ngelihat wajahnya, tapi aku inget dia bawa sesuatu... berkilauan..."

Arya ngerutin kening. Sesuatu yang berkilauan? Apa itu? Apakah itu senjata yang digunakan buat membunuh Risa?

"Apa Tante inget lagi ciri-ciri orang itu?" tanya Arya mencoba menggali informasi lebih lanjut.

Risa menggelengkan kepalanya dengan sedih. "Maaf, Arya. Ingatan Tante bener-bener kabur. Tapi aku yakin, orang itu... orang itu sangat aku kenal."

Arya terdiam. Orang yang dikenal Risa? Siapa? Apakah itu seseorang dari keluarga mereka sendiri? Misteri ini terasa semakin rumit. Tapi Arya nggak akan nyerah. Dia akan terus mencari petunjuk, meskipun dia harus menjelajahi dunia di balik cermin ini lebih dalam lagi. Dia yakin, kotak musik itu adalah jembatan antara dunianya dan dunia arwah tantenya. Dan dia akan menggunakan jembatan itu buat mengungkap kebenaran yang tersembunyi selama 20 tahun.

Chapter 5: Jejak di Lemari Tua

Arya terus ngobrol sama arwah Tante Risa di kamar itu. Walaupun terasa aneh ngobrol sama hantu, Arya ngerasa ada ikatan batin sama tantenya yang belum pernah dia temui sebelumnya. Risa cerita banyak tentang kehidupannya dulu, tentang mimpinya yang belum sempat terwujud, dan tentang rasa sakit hatinya karena nggak tahu siapa yang udah merenggut nyawanya.

Dari obrolan itu, Arya dapat beberapa petunjuk kecil. Risa sering nyebut-nyebut nama seorang teman dekatnya, namanya Karin. Mereka berdua punya banyak kenangan bersama di kamar itu. Risa juga sempat cerita tentang sebuah hadiah yang sangat berharga dari seseorang yang spesial buat dia, hadiah yang selalu dia simpan di dalam lemari tuanya.

Arya langsung tertarik dengan informasi tentang lemari tua itu. Dia perhatiin sekeliling kamar dan nemuin sebuah lemari kayu besar yang kelihatan udah tua banget di salah satu sudut ruangan. Lemari itu kelihatannya udah nggak pernah dibuka selama bertahun-tahun. Debu tebal menutupi permukaannya, dan pintunya kelihatan agak reyot.

"Tante, apa hadiah yang berharga itu masih ada di dalam lemari itu?" tanya Arya.

Risa mencoba mengingat-ingat. "Sepertinya iya, Arya. Aku selalu menyimpannya di sana. Mungkin... mungkin ada sesuatu di sana yang bisa bantu kamu buat ngungkap kebenaran."

Tanpa ragu, Arya langsung nyamperin lemari tua itu. Dia coba buka pintunya, tapi terasa agak macet. Setelah sedikit berusaha, akhirnya pintu lemari itu berhasil terbuka dengan bunyi derit yang nyaring. Debu langsung beterbangan lagi, bikin Arya sedikit batuk.

Di dalam lemari itu, isinya cuma beberapa potong pakaian lama yang udah lapuk dan beberapa barang-barang kenangan lainnya. Arya mulai menggeledah setiap sudut lemari dengan hati-hati. Dia nemuin beberapa foto lama, surat-surat yang udah menguning, dan beberapa aksesoris usang. Tapi dia nggak nemuin hadiah yang dimaksud Risa.

Arya hampir aja nyerah, tapi tiba-tiba matanya nangkep sesuatu di bagian paling bawah lemari. Ada sebuah kotak kecil yang tersembunyi di balik tumpukan kain-kain lama. Bentuknya mirip kotak perhiasan, tapi ukurannya lebih besar. Arya langsung ngambil kotak itu dan membukanya.

Di dalamnya, dia nemuin sebuah kalung perak dengan liontin berbentuk not musik. Liontin itu kelihatan berkilauan meskipun udah agak kusam. Di samping kalung itu, ada sebuah buku harian kecil dengan sampul kulit yang udah agak lusuh. Arya langsung ngerasa ada sesuatu yang penting di dalam buku harian itu.

"Tante, apa ini hadiah yang Tante maksud?" tanya Arya sambil nunjukkin kalung dan buku harian itu ke arwah Risa.

Risa mendekat dan ngelihat benda-benda itu dengan tatapan haru. "Iya, Arya. Itu dia. Kalung itu... dari seseorang yang sangat aku sayangi. Dan buku harian itu... aku selalu nulis semuaDiary itu. Mungkin di dalamnya ada sesuatu yang bisa jadi petunjuk."

Arya langsung membuka buku harian itu dengan hati-hati. Tulisan tangan Risa di dalamnya udah agak pudar, tapi masih bisa dibaca. Arya mulai membaca setiap lembar diary itu dengan seksama. Di halaman-halaman awal, Risa nulis tentang kehidupannya sehari-hari, tentang teman-temannya, dan tentang cowok yang dia sayang. Tapi semakin ke belakang, tulisannya mulai berubah jadi lebih suram. Risa mulai nulis tentang masalah-masalah yang dia hadapi, tentang rasa takutnya, dan tentang seseorang yang kayaknya lagi ngancam dia.

Di salah satu halaman terakhir yang masih tertulis, Arya nemuin sebuah nama yang sangat mengejutkan. Nama itu adalah... (akan dilanjutkan di chapter berikutnya)

Versi Bahasa Thailand

เบื้องหลังกระจกห้องนอน

บทที่ 1: กล่องดนตรีในห้องใต้หลังคาที่เต็มไปด้วยฝุ่น

บ่ายวันนั้นอาร์ยารู้สึกเบื่อสุดๆ การสอบเลื่อนชั้นจบไปเมื่ออาทิตย์ที่แล้ว ตอนนี้เขานอนเหยียดยาวอยู่บนเตียงพลางเล่นโทรศัพท์มือถือเก่าๆ Wi-Fi ที่บ้านก็เสียอย่างหนัก ทำให้เกมออนไลน์สุดโปรดของเขาทุกเกมช้าเหมือนเต่าคลาน อาร์ยาถอนหายใจด้วยความหงุดหงิด “เบื่อเป็นบ้าเลย ให้ตายสิ” เขากระแทกโทรศัพท์ไปข้างๆ

สายตาของเขาพลันเหลือบไปเห็นประตูห้องใต้หลังคาเล็กๆ บนเพดานห้องนอนของเขา ปกติแล้วเขาไม่อยากขึ้นไปที่นั่นเลย นอกจากจะมืดและมีฝุ่นเยอะแล้ว ห้องใต้หลังคานั้นยังเต็มไปด้วยข้าวของที่ไม่ใช้แล้วของปู่เขา แต่อย่างไรก็ตาม บ่ายวันนี้มีความรู้สึกแปลกๆ ชักชวนให้เขาขึ้นไปแอบดู บางทีอาจจะมีอะไรบางอย่างที่ทำให้เขาไม่เบื่อจนเกินไป

ด้วยความยากลำบาก อาร์ยาลากเก้าอี้เรียนของเขามาปีนเพื่อเปิดประตูห้องใต้หลังคา กลิ่นฝุ่นตลบอบอวลเข้าจมูกทันทีที่ประตูเปิดออก แสงแดดยามเย็นที่ลอดผ่านรอยแตกของกระเบื้องหลังคาส่องสว่างได้เพียงบางส่วนของห้องใต้หลังคาที่เต็มไปด้วยกองลังกระดาษ เฟอร์นิเจอร์เก่าๆ และผ้าเก่าๆ อาร์ยารู้สึกขนลุกเล็กน้อย แต่ความอยากรู้อยากเห็นของเขามีมากกว่าความกลัว

ช้าๆ เขาเริ่มสำรวจทุกซอกทุกมุมของห้องใต้หลังคา ฝุ่นฟุ้งกระจายทุกครั้งที่เท้าของเขาสัมผัสพื้นไม้ที่ผุพัง เขาพบสิ่งของแปลกๆ มากมาย ตั้งแต่วิทยุเก่าที่ไม่ดังแล้ว รูปถ่ายขาวดำที่ซีดจาง ไปจนถึงไหเซรามิกที่แตกร้าวหลายแห่ง ทุกอย่างดูเก่าและไร้ค่า อาร์ยาเกือบจะยอมแพ้และกลับลงไปที่ห้องแล้ว แต่ทันใดนั้นสายตาของเขาก็จับจ้องไปที่บางสิ่งบางอย่างที่ซ่อนอยู่หลังกองหนังสือเก่าๆ

มันคือกล่องไม้เล็กๆ ที่ดูโบราณมาก เนื้อไม้สีน้ำตาลเข้มมีลวดลายสลักเสลาอย่างละเอียด ที่ด้านบนมีรูปโน้ตเพลงที่ดูเหมือนจะเลือนลางไปบ้างแล้ว อาร์ยาเอื้อมมือไปหยิบกล่องนั้นขึ้นมาและเช็ดฝุ่นออกด้วยเสื้อยืดของเขา กล่องนั้นรู้สึกหนักพอสมควรในมือของเขา ด้วยความสงสัย อาร์ยาพยายามเปิดมัน มีกุญแจเล็กๆ อยู่ด้านหน้า แต่กุญแจหายไปไหนแล้วก็ไม่รู้ ด้วยการออกแรงเล็กน้อย อาร์ยาสามารถงัดตัวล็อคให้เปิดออกได้สำเร็จ

ทันทีที่เปิดออก ท่วงทำนองดนตรีแสนไพเราะก็อบอวลไปทั่วอากาศ ดนตรีนั้นฟังดูเก่าแก่เล็กน้อย แต่ไม่รู้ทำไมมันถึงทำให้ อาร์ยารู้สึกสงบและขนลุกในเวลาเดียวกัน ในกล่องนั้นมีนักบัลเลต์ตัวเล็กๆ หมุนตัวช้าๆ ตามจังหวะเพลง นักเต้นคนนั้นทำจากเครื่องเคลือบและชุดของเธอก็สกปรกไปบ้างแล้ว อาร์ยาฟังเพลงนั้นจนจบ หลังจากเพลงหยุดลง เขาก็ปิดกล่องนั้นอีกครั้ง มีความรู้สึกแปลกประหลาดปกคลุมเขา ราวกับว่ากล่องดนตรีนี้ไม่ใช่แค่ของเก่าธรรมดาๆ มีบางสิ่งบางอย่างซ่อนอยู่ในนั้น บางสิ่งบางอย่างที่ลึกลับ อาร์ยาตัดสินใจนำกล่องดนตรีนั้นลงไปที่ห้องนอนของเขา บางทีเมื่อได้ดูมันใกล้ๆ เขาอาจจะรู้เรื่องเกี่ยวกับมันมากขึ้นก็ได้
ไปที่บทถัดไป: บทที่ 2: เงาหลังกระจก

📖 รายการบท

📚 เรื่องแนะนำ